1. Tuhan tidak menciptakan bumi yang kedua. Betul. Ketersediaan lahan untuk property selalu terbatas di tengah-tengah permintaan yang tinggi. Apa lagi di kota-kota besar yang peduduknya terus bertambah. Tak heran, harga properti selalu naik lantaran ada scarcity (kelangkaan) lahan ini.
2. Properti memiliki daya ungkit (leverage) terbesar. Bandingkan dengan bisnis atau sarana investasi lainnya. Untuk berbisnis, kita perlu modal dalam jumlah tertentu. Untuk membeli saham, ORI, reksadana, emas kita perlu dana tunai 100%. Sedangkan untuk membeli properti, kita bisa hanya menggunakan Rp. 100 juta sebagai uang muka untuk mendapatkan objek senilai Rp. 1 miliar. Bahkan bisa tanpa uang sama sekali. Nothing down, istilahnya Robert G. Allen.
3. Mengelola properti relatif lebih mudah dibandingkan mengelola bisnis. Saya setuju. Mengelola bisnis, apa lagi kalau masih tahap merintis, perlu energi tinggi untuk menjalankannya. Merintis sama dengan merintih, kata seorang teman.
Bandingkan dengan mengelola properti. Kontrolnya lebih mudah. Operasional sederhana. Harganya pun tidak fluktuatif seperti saham. Kita tinggal tanam (beli), properti itu akan tumbuh dengan sendirinya (biarkan saja).
Properti milik seorang teman saat ini nilainya sudah Rp. 1,2 miliar. Padahal, 15 bulan lalu ia membelinya hanya Rp. 500 juta saja. Kenaikan itu pun tanpa ia pengaruhi sama sekali. Tidak direnovasi, tidak dicat ulang. Ia biarkan saja properti itu tumbuh dengan sendirinya.
4. Dua jenis keuntungan yang bisa didapat dari investasi properti, yaitu: cash flow dan capital gain. Cashflow didapat dari properti yang disewakan. Sedangkan capital gain didapat dari pendanaan kembali (refinancing) dari bank.
5. Hampir semua orang kaya berinvestasi di properti. Contoh: Ciputra, Mc Donald, pemilik hotel. Pak Haji Ali yang hanya lulusan setingkat SMP itu menjadi kaya raya bukan semata dari bisnisnya. Kekayaannya diperoleh dari akumulasi cash flow dan asset dari properti yang jumlahnya ratusan itu.
Kelima alasan di atas memang masuk akal untuk membuat kita menyadari pentingnya melek investasi properti sejak sekarang.
Beruntunglah, saya diingatkan kembali untuk lebih serius berinvestasi di properti oleh sahabat saya, Pak Joseph Hartantodalam workshop Joseph Real Estate Investor (JREI) Coaching tanggal 14-15 Juni di Hotel Grand Flora Kemang.
Di hadapan lebih dari 20 peserta, Pak Joseph berbagi ilmu dan pengalamannya dalam berinvestasi di properti. Sebuah ilmu yang bermanfaat, sederhana dan aplikatif.
Saya sendiri termasuk santai dalam berinvestasi di properti. Setelah dapat satu, saya pun istirahat. Malas lagi mencari properti yang lain.
Tapi, terus terang saya jadi “panas” juga setelah mendengar sharing dari salah satu alumni JREI bulan Maret 2008 yang telah mendapatkan properti senilai Rp. 5 miliar dan saat ini sedang berusaha menggolkan transaksinya yang ketiga. Luar biasa.
So, masih ragu untuk berinvestasi properti?
Tapi, sebelum “take action” tentunya perlu dibekali dengan ilmu yang cukup. Apa pun itu, kalau dilakukan dengan gegabah, tanpa ilmu akan berisiko juga.
Silakan cari referensi di internet atau buku-buku dari penulis seperti: Dolf de Roos, Robert G. Allen, Robert T. Kiyosaki, Donald Trump dan Brad Sugars sebelum anda memutuskan untuk “take action” berinvestasi di properti. Learn dulu, baru earn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar